Perjalanan Karir Hendry Y Heriyanto sebagai Atlet dan Pelatih Catur

By Mayawa Gi - Juli 20, 2022

Perjalanan Karir Hendry Y Heriyanto sebagai Atlet dan Pelatih Catur

Ini kisah tentang Hendry Y Heriyanto dan perjalanan karirnya yang berliku di olah raga catur. Beliau adalah abangku nomor lima, saudara kandung. Aku sekadar cerita saja untuk kenang-kenangan pribadi. Bagi kalian, semoga kisah ini dapat bermanfaat dan menginspirasi.

Origin Story: Hendry Y Heriyanto

Hendry Y Heriyanto. Huruf "Y" di tengah namanya itu bukan singkatan, tapi ya memang begitu. Di akta kelahiran dan ijazahnya memang "Y" saja. Hal ini sempat beberapa kali menjadi masalah jika berhadapan dengan petugas yang gak paham-paham, selalu bilangnya "gak boleh disingkat namanya". Padahal itu bukan singkatan.

Btw, aku punya lima orang abang (kakak laki-laki) dan satu orang mpok (kakak perempuan). Jadi kami 7 bersaudara. Awalnya Papah dan Mamahku berencana hanya memiliki dua anak, satu laki-laki dan satu perempuan. Namun setiap melahirkan selalu anak laki-laki. Sampai kali ke-lima masih tetap laki-laki. Orang tuaku baru mendapatkan anak perempuan di anak ke-6 dan ke-7. Bisa dibayangkan, pasti anak ke-lima yang laki-laki ini rasanya pengen dibuang aja, hahaha.

Tapi kenyataannya enggak, kok. Yang aku lihat justru Bang Hendry seperti paling disayang. Ketika bayi dan balita, memang beliau ganteng dan menggemaskan. Kok aku tau? Iya dong, Di tahun 80-90an, Papahku punya banyak foto-foto semua anaknya di segala tingkatan usia. Termasuk kaset pita hasil rekaman obrolannya dengan anak-anak. Jadi aku tau gimana abang-abangku ketika bayi. Yup, Papah gemar sekali mendokumentasikan setiap momen. Mirip aku sekarang.

Rekaman suara Bang Hendry waktu kecil banyak banget. Papah memanggilnya "Jojon", nama komedian favoritnya. Karena memang anaknya lucu. Jawabannya random banget klo ngobrol, sampe sekarang juga gitu sih.

Kapan kenal catur? Fyi, kami 7 orang bersaudara memang semuanya bisa bermain catur, karena Papah juga suka olah raga catur. Bukan sekadar main catur seperti bapack-bapack di pos ronda yah. Tapi sejak kecil kami sudah mengenal notasi catur, belajar chess move dari berbagai buku, dan jadi juara turnamen tingkat RT, RW, kelurahan, dan lain-lain.
Sayangnya, keluarga kami golongan ekonomi pas-pasan. Bisa bayar sekolah formal saja bersyukur, gak terpikir untuk tambah les atau daftar sekolah catur. Kami pun akhirnya harus mencari pekerjaan untuk biaya hidup masing-masing. Tau sendiri kan di masa itu kesejahteraan atlet memprihatinkan. Catur hanya jadi hobi saja dan buat koleksi piala klo 17-agustusan.

Di antara kami, Bang Hendry sejak balita dan SD yang paling sering diajak Papah ikut turnamen-turnamen kampung. Ketika SMA beliau sudah beberapa kali menjuarai turnamen tingkat nasional. Hingga memperoleh sebutan "Hendry Cilik" karena yang paling muda dibandingkan peserta lain saat itu. Tapi waktu itu belum terjun di dunia profesional, ya. Gak kepikiran.

Namun, karirnya di bidang olah raga sempat terhenti ketika mulai bekerja. Bang Hendry bekerja swasta biasa, tidak ada hubungannya dengan olah raga. Yah, lagi-lagi karena dulu sangat sulit mengandalkan penghasilan sebagai atlet, tidak seperti sekarang. Sedangkan keluarga butuh makan.

Apalagi kondisi saat itu Papah sudah meninggal dunia, sedangkan aku masih sekolah. Sedikit banyak Bang Hendry juga seperti dituntut membiayai kebutuhan adiknya dan Mamah. Jadi, bertahun-tahun beliau meninggalkan dunia catur.

Beruntung, Bang Hendry memiliki istri yang luar biasa. Kakak iparku ini sangat sabar, nrimo, dan mendukung karir abangku. Mereka berjuang bersama membesarkan seorang anak yang diberi nama "Viswanathan Ananda", yang merupakan nama pecatur legendaris dunia.

Aku masih tinggal di Tangerang Selatan saat Viswan bayi. Aku menyaksikan sendiri saat bayi merah yang ganteng ini sakit. Sampai sekarang aku masih sedih saat ingat dulu Viswan 'hampir mati' dan kami tidak punya cukup uang untuk ke rumah sakit. Saat itu belum ada BPJS.

Di tengah kepanikan, masih ada orang jahat yang memaki Bang Hendry dengan kasar lewat SMS. Hanya karena izin tidak masuk kerja, heemmm. Tapi gpp, klo dibahas sekarang, kata Bang Hendry itu kan episode hidup yang membentuk kita sekarang. Alhamdulillah sekarang segalanya lebih baik.

Kembali Menekuni Olah Raga Catur

Kehadiran Viswanathan menjadi momentum penting. Anak ini dididik filosofi olah raga catur dan teknik permainan yang benar. Umur 8-10 tahun beberapa kali menjuarai turnamen tingkat kecamatan, dll. Permainannya betul-betul dijaga, anak ini dilarang meladeni ajakan bapak-bapak pos ronda untuk main catur. Kata Bang Hendry khawatir teknik permainannya jadi terkontaminasi.

Viswanathan Ananda Putra

Beragam hadiah seperti smartphone dan uang tunai kerap kali diraih Viswan. Puncaknya saat Viswan akhirnya berhasil menjadi juara O2SN (Olimpiade Olahraga Siswa Nasional) tingkat SD. Dengan piagam prestasi tersebut, Viswan bebas memilih SMP manapun yang diinginkan. Pasti diterima lewat jalur prestasi olah raga.

Keberhasilan Bang Hendry melatih anaknya sendiri sampai menjadi juara ternyata dilirik banyak orang. Lalu terbuka banyak peluang. Ternyata profesi di olah raga catur bukan hanya menjadi atlet, tapi sehari-hari bisa juga menjadi pelatih catur. Bisa juga menjadi wasit atau pengadil.

Bang Hendry pun meninggalkan pekerjaan sebelumnya dan semangat kembali fokus berkarir di catur. Selain masih terdaftar sebagai atlet tingkat kotamadya, beliau terdaftar sebagai wasit nasional.

Saat ini kesejahteraan atlet, pelatih, dan wasit turnamen olah raga mulai diperhatikan pemangku kekuasaan. Banyak bonus berhamburan di setiap turnamen. Ada juga gaji tetap yang bisa diandalkan untuk biaya hidup keluarga sehari-hari.

Memang, turnamen catur tidak selalu ada setiap waktu. Biasanya hanya pada momen-momen tertentu saja. Yang tidak banyak diketahui masyarakat umum adalah bahwa para atlet itu harus tetap rutin latihan walaupun tidak ada pertandingan.

Sehari-hari Bang Hendry mengajar catur di beberapa sekolah elit kawasan Tangerang Selatan. Ada juga murid yang les privat. memang keluarga ini lekat dengan dunia pendidikan. Klop dengan sang istri yang PNS di sebuah sekolah negeri.

Saya sudah tidak terlalu menyimak perjalanan karir Bang Hendry sejak pindah ke Solo, 15 tahun lalu. Yang saya tahu, Bang Hendry semakin melebarkan kiprahnya, bukan sebagai atlet, melainkan menjadi wasit.

semoga kisah ini dapat bermanfaat dan menginspirasi.

Bang Hendry kerap bertugas sebagai NTO atau National Technical Officials di berbagai turnamen nasional, bahkan internasional. Salah satunya pada gelaran Asian Para Games 2018 dan ASEAN Para Games 2022.

semoga kisah ini dapat bermanfaat dan menginspirasi.
Next saya akan cerita tentang pengalaman Bang Hendry menjadi wasit di ASEAN Para Games 2022 dan sempat positif covid juga :(

  • Share:
  • facebook

You Might Also Like

0 comments